POLITIKAL.ID - Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Sandiaga Uno mengkritisi rencana pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pandemi virus corona (Covid-19) yang diwacanakan pemerintahan Joko Widodo.
Sandi menduga kebijakan yang berujung pada kebingungan masyarakat dalam menghadapi virus corona bersumber dari pembisik yang tidak baik. Sehingga pengambil kebijakan salah merespons krisis akibat pandemi.
"Semua laporannya asal bapak senang, 'Pak cukup saya jamin, saya jamin lebaran harga-harga akan stabil, pasokan cukup'. Sekarang ini post-Covid-19, kita harus adaptasi ke new normal," ucap Sandiaga.
Sandi tidak sepakat dengan rencana pelonggaran PSBB. Mantan wakil gubernur DKI Jakarta itu menilai saat ini bukan waktu yang tepat bagi pemerintah mengedepankan ekonomi dibandingkan kesehatan publik. Dia menilai seharusnya nyawa warga tidak boleh hanya dipandang sebagai statistik.
"Seandainya relaksasi segera, akhirnya kita hanya menganggap jumlah kematian jadi statistik. 'Ya Indonesia angkanya masih di bawah 20 ribu, coba bandingkan dengan Amerika [Serikat] yang sudah satu koma sekian juta'," kata Sandi dalam webinar yang diselenggarakan Lembaga Survei KedaiKopi, Kamis (14/5).
Sandi mengakui pilihan mengedepankan kesehatan publik tidak populis dari segi politik. Sebab ekonomi pasti akan terdampak sangat parah untuk sementara waktu.
Namun menurut Sandi, hal itu harus ditempuh pemerintah Indonesia. Pasalnya, jika tidak, dampak ekonomi bagi Indonesia malah semakin bertambah panjang.
"Mungkin [kesehatan] enggak populer sesaat, tapi ini kita tangani dulu. Pastikan bahwa kita bukan lagi mendaki, tapi sudah mencapai puncak dan lagi turun dalam pertarungan melawan Covid-19. Baru kita relaksasi Covid-19 ini secara bertahap," ujar Sandi.
Pemerintah belakangan mengeluarkan kebijakan yang menuai polemik karena dinilai membingungkan masyarakat. Kebijakan pelonggaran moda transportasi dari pemerintah pusat, misalnya, tak sejalan dengan semangat PSBB yang diterapkan di beberapa daerah.
Kasus corona sementara itu terus meningkat. Hingga Kamis (14/5) tercatat penderita positif corona mencapai 16.006 kasus. Sebanyak 1.043 orang di antaranya meninggal dan 3.518 orang dinyatakan sembuh.
Sementara BNPB mewanti-wanti pekan depan jumlah kasus bisa meningkat tajam seiring tes massal di beberapa daerah yang berjalan sepekan terakhir. (*)
Artikel ini telah tayang di cnnindonesia.com dengan judul "Sandiaga Sentil Para Pembisik 'ABS' Agar Adaptasi New Normal"