POLITIKAL.ID - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mendadak jadi sasaran nyinyir para lawan politik, buntut perolehan suara di Pemilu 2024 yang naik drastis.
Berdasarkan hasil real count KPU, PSI tinggal membutuhkan satu persen suara untuk mencapai ambang batas parlemen.
Saat ini, partai pimpinan Kaesang Pangarep itu mengantongi dukungan 3,13 persen dari total 65,80 persen suara yang masuk.
Akibatnya para lawan poliik melancarkan kritik hingga sindiran untuk PSI
Apalagi, sejumlah hasil hitung cepat (quick count) lembaga survei, salah satunya dari Indikator, menempatkan PSI dengan perolehan 2,66 persen suara.
Sindiran untuk PSI juga terjadi di media sosial X (Twitter).
Netizen menyindir PSI sebagai Partai Salah Input hingga viral di X.
Cuitan tentang Partai Salah Input telah mencapai 9,639 tweets, Senin (4/3/2024) pukul 22.00 WIB.
Menangapi berbagai komentar miring dan sindiran untuk partainya, Ketua Dewan Pembina PSI, Grace Natalie angkat bicara.
Grace menilai, para lawan politik yang mencoba menggiring opini untuk menyerang PSI, menunjukkan sikap yang tak wajar.
Pasalnya, Grace Natalie merasa perolehan suara yang diraih PSI wajat karena proses rekapitulasi di KPU masih terus dilakukan.
"Penambahan termasuk pengurangan suara selama proses rekapitulasi adalah hal wajar. Yang tidak wajar adalah apabila ada pihak-pihak yang mencoba menggiring opini dengan mempertanyakan hal tersebut," ungkap Grace Natalie, di Jakarta.
Menurut Grace, perbedaan lonjakan atau penurunan suara tidak cuma dialami PSI, partai-partai lain juga mengalami hal serupa.
Grace kecewa dengan pihak-pihak terutama lawan politik yang menyindir PSI secara tendensius.
Menurut Grace, PSI akan bertarung memperebutkan dukungan, guna mencapai ambang batas parlemen.
"Kita tunggu saja hasil perhitungan akhir KPU. Jangan menggiring opini yang menyesatkan publik," ucap Grace Natalie.
Dinyinyir lawan politik
Sebelumnya Juru Bicara TPN Ganjar-Mahfud, Chico Hakim membandingkan perolehan suara PSI dan PPP yang berbanding terbalik.
Suara PSI meningkat signifikan, di saat bersamaan justru PPP merosot.
Chico merasa janggal dengan perolehan suara tersebut, sebab menurutnya PPP selalu memperoleh dukungan yang cukup untuk meloloskannya ke parlemen.
Iapun menduga ada pihak-pihak yang sengaja mengatur perolehan suara partai tertentu, demi mengorbankan PPP.
"Naiknya secara signifikan suara PSI dan turunnya suara PPP, semakin menegaskan bahwa ada penggelembungan suara dengan mengambil suara dari partai lain," ujar Chico dalam keterangannya, Sabtu (2/3/2024).
Ia berpendapat masyarakat akan semakin menilai Preisden Jokowi terlibat aktif memainkan perolehan suara, jika situasi semacam ini terus terjadi hingga akhir penghitungan suara di KPU.
"Maka masyarakat akan menilai Presiden Jokowi sebagai presiden yang menghilangkan sejarah Partai Ka’bah, karena mendukung Ganjar–Mahfud, dari Indonesia akibat dukungannya ke PSI," ungkap politikus PDIP ini.
Chico menyindir PSI bahwa partai berlambang mawar itu hanya bisa lolos ke parlemen karena campur tangan kekuasaan, dalam hal ini Presiden Jokowi.
"Karena memang sejak awal diduga PSI seharusnya tidak lolos sebagai peserta Pemilu, hanya karena campur tangan kekuasaanlah yang PSI lolos," ujarnya.
(REDAKSI)