POLITIKAL.ID - Mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal (Purn) Dudung Abdurachman mengambil sikap berlawanan dengan mantan Panglimanya, Andika Perkasa soal pengeroyokan relawan Ganjar-Mahfud di Boyolali.
Dalam wawancara di podcast Deddy Corbuzier, Jenderal Dudung tegas berada di pihak TNI soal pengeroyokan relawan Ganjar-Mahfud di Boyolali.
Bukan bermaksud membela perlakuan intimidasi, menurut Dudung, aksi tersebut merupakan puncak kekesalan para prajurit TNI akibat suara bising knalpot motor di depan markas Raider 408/Sbh, Boyolali, Jawa Tengah.
"Sekarang gini lah, di depan kita ada knalpot brong lewat bolak-balik, pasti kita juga akan marah kan, begitu juga di asrama militer," kata mantan KSAD ini, Selasa (16/1/2024).
Ia menduga aksi tersebut dilakukan spontanitas oleh para prajurit baru TNI.
"Nah mungkin karena anak-anak muda tamtama-tamtama baru itu emosinya juga (lagi tinggi) dan mereka sedang kegiatan, mungkin merasa terganggu," ucapnya.
Jenderal Dudung mengapresiasi langkah TNI AD yang langsung mengambil tindakan terhadap prajurit.
Namun Jenderal Dudung berharap kasys pengeroyokan relawan Ganjar-Mhafud tidak ditarik ke ranah politik.
Wanti-wanti Andika Perkasa
Berkaitan dengan itu, Jenderal Dudung juga berani mewanti-wanti mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn) Andika Perkasa.
Dudung juga merespons pernyataan mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn) Andika Perkasa yang menyatakan bahwa pengeroyokan tersebut tidak disebabkan oleh kesalahpahaman.
Ia tak sependapat dengan Andika Perkasa yang menyalahkan pernyataan Dandim Boyolali soal aksi spontanitas.
"Pak Andika kan menanggapinya tentang Dandim ya, pernyataan tentang adanya perselisihan. Artinya kalimat ini bisa dijabarkan, kalau perselisihan timbul dari dua sisi yang terjadi konflik, mungkin kalimat itu yang kemudian beliau melihat tidak terima dengan adanya perselisihan," ungkapnya.
Lantas Dudung mendukung pernyataan Dandim Boyolali Letkol Wiweko soal spontanitas, lantaran didukung sejumlah bukti mendasar.
"Saya (lebih memihak pernyataan) ke Dandim, menurut saya Dandim kan yang tahu situasi di lapangan, mereka paham betul apa yang dikatakan sesuai dengan informasi. Informasi itu dari intelijen, dari anggota, dilihat juga dari lapangan. Saya lebih yakin dengan Dandim," ujarnya.
Iapun memaklumi sikap Andika Perkasa yang cenderung menyalahkan TNI.
Pasalnya, mantan Panglima TNI itu berada di pihak relawan lantaran statusnya sebagai Wakil Ketua Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud.
Tetapi, Jenderal Dudung mewanti-wanti Andika Perkasa.
Dudung tidak suka ada pensiunan Jenderal TNI yang justru memojokkan prajurit.
Iapun meminta Andika Perkasa agar bijak menyikapi persoalan tersebut dan tidak menyeretnya ke area politik.
"Tapi kalau menurut saya, ya sikapi dengan bijak lah, kan mantan tentara juga," ujarnya.
"Berpolitiklah dengan bijak lah, kan sama-sama udah orang sipil kita, artinya Kalau kita menyikapi adanya gesekan di masyarakat terutama di TNI, jangan lupa kita masih melekat Sapta Marga sumpah prajurit, jadi jangan terkesan anggota dipojokkan seperti itu," tambahnya.
(REDAKSI)