Sementara itu, hasil survei Populi Center dalam simulasi empat tokoh capres, terdapat hasil berbeda untuk masing-masing sosok yang menempati urutan teratas.
"Pada simulasi empat tokoh pertama, Ganjar Pranowo mendapat suara tertinggi dengan total 32,2 persen, disusul oleh Prabowo Subianto 28,4 persen, kemudian Anies Baswedan 17,6 persen dan Ridwan Kamil 15,6 persen. Sementara itu, 9,4 persen responden mengaku belum bisa memutuskan pilihan dan 0,8 persen responden menolak untuk menjawab," ujar Peneliti dari Populo Center Nurul Fatin.
Di sisi lain, Hasil survei yang dilakukan Indometer menunjukkan elektabilitas Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengalami tren kenaikan. Namun, tiga nama tokoh yang digadang-gadang maju dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 sama-sama di kisaran 20 persen.
Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indometer Leonard SB mengatakan, temuan survei yang dilakukan Indometer menunjukkan Ganjar Pranowo kokoh pada peringkat pertama dengan elektabilitas mencapai 25,1 persen.
Kemudian disusul Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dengan perolehan elektabilitas 21,5 persen. Selanjutnya Anies Baswedan sebesar 20,2 persen
Leonard mengatakan, elektabilitas tiga nama tokoh itu sama-sama di kisaran 20 persen. Tren kenaikan dialami Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan. Sedangkan elektabilitas Prabowo cenderung stabil dan belum menunjukkan tanda-tanda kenaikan signifikan. Ia prediksi, jika tren kenaikan elektabilitas berlanjut, Anies Baswedan berpotensi geser Prabowo dan berhadapan dengan Ganjar Pranowo.
"Meskipun kuat, tetapi publik masih menunggu deklarasi koalisi Gerindra-PKB untuk mengusung Prabowo,” tutur dia.
Ridwan Kamil dan Sandiaga Uno Jadi Kuda Hitam Cawapres
Sementara itu, Ujang menilai Ridwan Kamil dan Sandiaga Uno sebagai kuda hitam cawapres 2024. Keduanya disebut terkendala maju sebagai cawapres karena tidak adanya partai politik (parpol) yang mau mengusung.
"Kalau kuda hitam ada dua ya, Sandiaga dan Ridwan Kamil. Tapi yang potensial Erick Thohir, sudah masuk kemana-mana potensinya serius untuk menjadi cawapres," terangnya.
Terlebih Erick Thohir baru-baru ini juga menjabat sebagai Ketum PSSI. Jabatan baru ini, dianggap dapat mendorong Erick diusung parpol sebagai cawapres 2024.
Namun, kata Ujang, sebagai Ketum PSSI Erick harus bisa memperbaiki tata kelola dan manajemen organisasi di tubuh PSSI. Sehingga dapat menjadi sebuah industri yang berprestasi.
"Namanya sepak bola tidak bisa dipisahkan dari politik juga karena sepak bola di republik ini sangat besar, sangat banyak dan saya rasa sebagai ketua PSSI bisa menjadi batu loncatan menjadi cawapres begitu," kata dia.
Adapun sosok Sandiaga sendiri, Ujang menilai posisinya sulit jika ingin maju sebagai cawapres di Pemilu 2024. Selain itu, manuver Sandiaga untuk beralih dari Gerindra ke PPP dinilai gagal. Terlebih PPP juga dekat dengan Erick Thohir.
"Jadi saya melihatnya maju kena, mundur kena sulit lah Sandiaga Uno menjadi capres-cawapres baik dia ada di Gerindra maupun ketika gabung dengan PPP. Momentum Sandiaga agak berat di 2024 nanti," jelas dia.
Terakhir, sosok Ridwan Kamil (RK). Ujang melihat potensi RK maju sebagai cawapres di 2024 melalui Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) juga kecil. Menurut Ujang meskipun sudah menjadi kader, Partai Golkar tetap bakal mengusung kader yang lebih senior bukan Ridwan Kamil.
"Kalau menjadi cawapres-capres di Golkar ya tokoh-tokoh Golkar akan marah, kalau banyak yang senior atau banyak yang lebih hebat gitu," ujarnya.
Ujang membeberkan bahwa Ridwan Kamil ingin mengamankan tiket untuk maju di pemilihan gubernur (Pilgub) 2024. Informasi ini, kata Ujang telah terkonfirmasi langsung oleh internal Partai Golkar.
"Iya saya sih melihatnya masih sebagai Pilgub lagi yang kedua kalinya, dia sih ingin jadi cawapres tapi kan partai tidak ada yang mendukung termasuk Golkar juga tidak mendukung. Jadi saya sih melihatnya dia akan maju sebagai gubernur lagi," Ujang menandasi.
Peneliti Senior Populi Center, Usep S Ahyar menjelaskan bahwa dinamika bursa Calon Wakil Presiden (Cawapres) 2024 masih sangat dinamis dan naik-turun. Hal itu sebagaimana mengacu pada hasil survei-survei terakhir yang menunjukkan masih adanya pergeseran atau perubahan nama di posisi teratas dalam survei bursa Cawapres.
"Sampai saat ini, khususnya di Pemilu atau Pilpres 2024 belum ada sosok Cawapres yang mendominasi jika dilihat dari hasil berbagai survei Cawapres 2024, karena posisinya masih naik-turun," kata Usep kepada Liputan6.com Senin (20/2/2023).