Jumat, 22 November 2024

Debat Capres Terakhir, Prabowo Subianto Sampaikan Ingin Selamatakan Istana-istana Sultan yang Mau Roboh

Minggu, 4 Februari 2024 21:54

BERBICARA - Calon Presiden (Capres) nomor urut 02 Prabowo Subianto saat membacakan visi misi di debat Pilpres 2024 terakhir yang digelar Minggu (4/2/2024) di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta Pusat. (Tangkapan Layar YouTube KPU RI)

POLITIKAL.ID - Pada debat Capres terakhir di Jakarta Convention Center (JCC) Minggu (4/2/2024). Calon Presiden nomor urut dua, Prabowo Subianto, beberkan wacananya soal pengembangan budaya. Salah satunya ingin selamatkan istana-istana yang mau roboh.

"Budaya akan tumbuh berkembang dalam komunitas responsif, yakni setiap individu memiliki ruang kebebasan berkreasi dan tanggung jawab sosial. Undang-Undang pemajuan kebudayaan telah terdistorsi oleh birokratisasi dan komersialisasi budaya. Pertanyaannya, apa pandangan dan sikap paslon terhadap komersialisasi budaya dan proses destruktif terhadap tumbuhnya kebudayaan yang re responsif?," ujar moderator yang membacakan pertanyaan.

Menanggapi pertanyaan tersebut, Prabowo menyebut bahwa budaya sangat penting baginya. Ia juga mengaku telah bergelut di bidang kebudayaan misalnya bela diri pencak silat yang telah ia geluti selama 37 tahun.

"Budaya sangat penting, budaya adalah karakter bangsa, tanpa kita membanggakan, menghormati, melestarikan budaya kita sendiri, kita hilang jati diri kita sebagai bangsa. Semua bidang harus kita bantu kita lindungi," ujarnya.

Selain itu, menurutnya sangat penting bagi pemerintah untuk hadir atau intervensi terhadap praktik kebudayaan di Indonesia. Ia mencontohkan misalnya pemerintah mesti membantu selamatkan istana sultan yang mau roboh.

"Ya kita harus sebener-bener memberi ruang untuk inisiatif, inovasi, untuk kreativitas, tapi jelas pemerintah harus tidak ragu-ragu, pemerintah harus berani juga untuk turun tangan," menurutnya.

"Menjaga situs-situs, membantu museum-museum, membantu istana sultan-sultan kita yang banyak sudah mau roboh. Ini harus kita bantu. Ini warisan budaya, warisan sejarah kita, hal-hal seperti itu harus kita perhatikan," imbuhnya.

Soal Pendopo yang Mau Roboh

Adapun dalam penelusuran detikTravel, ada satu rumah raja yang kondisinya sangat mengkhawatirkan, yakni Pendopo Sasana Mulya (Sasono Mulyo).

Rumah ini diperuntukkan sebagai rumah putra Raja Solo. Kondisinya sangat memprihatinkan dengan dibatasi pita pembatas kuning-hitam karena bangunan yang mau roboh.

Untuk menunda ambruknya bangunan, puluhan bambu dipasang untuk menyangga susunan balok blandar atau tumpang sari bangunan yang rapuh dan rawan roboh.

Kerabat Keraton Solo, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Wandansari Koes Moertiyah atau yang sering disapa Gusti Moeng mengatakan, kondisi Sasana Mulya sudah sangat memprihatinkan. Sehingga, perlu dipasang pita pembatas sebagai peringatan agar tak ada lagi warga setempat yang berkegiatan di dalamnya.

"Bangunan itu sudah sangat mengkhawatirkan. Sementara kan di situ banyak magersari, kadang-kadang anak-anak itu pada di situ, dan untuk arisan juga. Terus untuk latihan nari anak-anak di kampung itu," kata Gusti Moeng, Minggu (31/12/2023), dikutip dari detikJateng, Minggu (4/2/2024).

Di sisi lain, kondisi bangunan ini sudah dilaporkan ke Wwali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka. Saat itu, ia meminta agar Sasana Mulya dan bangunan Keraton yang sudah rusak lainnya untuk segera dibenahi.

"Sebetulnya waktu kami bertemu dengan Wali Kota, Mas Gibran, yang saya usulkan secara lisan itu Sasana Mulya. Terus panggung Sangga Buwana, pendapa Siti Hinggil yang tempatnya Nyai Setomi," ungkapnya.

(Redaksi)

Tag berita: