POLITIKAL.ID, SAMARINDA - Republik Maladewa, terletak di Asia Selatan. Sebuah negara kepulauan di Samudra Hindia.
Berada di sebelah selatan-barat daya India. Sekitar 700 kilometer di sebelah barat daya Sri Lanka.
Maladewa sendiri merupakan negara yang menjadi tujuan utama bagi para wisatawan dan cukup kesohor. Terdapat 15 destinasi wisata, yang tentunya juga memanjakan mata. Siapa sangka, negara dengan keindahan alamnya ini memesan kapal wisata dari Kalimantan Timur (Kaltim).
PT Allvina Prima, yang mendapatkan kehormatan untuk merakit kapal penumpang jenis Small Waterplane Area Twin Hull (SWATH).
Kapal bernama SWATH Robin ini dikerjakan sekitar 100 orang tenaga lokal. Berkapasitas 100 orang penumpang. Dengan dimensi panjang 43 meter, lebar 14 meter.
Memiliki 43 kamar dengan fasilitas jacuzzi tub, kolam renang, tempat sauna, bar, massage, dan sejumlah fasilitas mewah lainnya dalam 3 deck. Hal ini disampaikan Syachrani Saleh, Engineer PT Allvina Prima.
Dengan bangga dirinya menjelaskan kapal ini didukung mesin berkapasitas 600×2 HP, 3 unit mesin Genset 80 KVA. Dengan model twin hull, kapal ini secara teknis didesain stabil terhadap hambatan gelombang dan dapat melaju hingga kecepatan 15 knots/jam tanpa penumpang. Atau 12 knots/jam jika berpenumpang.
"Pengerjaan sudah 85 persen. Bahan baku semua asal dari dalam negeri. Saat pengerjaan sudah selesai, kelengkapan seperti interior dan navigasi akan dilengkapi," ucap Syachrani Saleh saat ditemui di kantornya, Anggana, Kutai Kartanegara (Kukar), Kamis (17/9/2020).
Pria yang akrab disapa Syachrani ini melanjutkan, rata-rata 1 kamar bisa ditempati 3 orang tamu. Syachrani pun mengaku untuk desain utama asalnya memang dari pihak swasta pariwisata di Maladewa. Tetapi untuk perakitan, seluruhnya berasal dari tenaga lokal, atau putra daerah Kaltim.
"Untuk kapal pariwisata yang saat ini tengah dibuat, pengerjaannya dimulai sejak Juli tahun lalu. Seharusnya selesai di tahun ini. Tetapi terhambat karena Corona," jelasnya.
Syachrani melanjutkan ketertarikan pengusaha asal Maladewa hingga mempercayakan pengerjaan kapal pariwisatanya terhadap tenaga lokal Kaltim lantaran kualitas yang sesuai standar yang telah ditetapkan. Dan pengerjaannya yang detail, padahal dilakukan secara manual.
Tak hanya itu, ketertarikan lainnya ada pada harga kapal. Biaya pembuatan kapal ini hanya sekitar Rp. 17.000.000.000. Padahal, harga kapal ini di Maladewa bisa 5 hingga 7 juta USD atau 60-80 Milyar rupiah.
Syachrani menuturkan, kapal dengan kekuatan 2 x 600 HP ini tidak bisa melaju seperti kapal lainnya. Karena desainnya untuk kapal wisata.
"Idealnya sih kekuatannya segitu. Mungkin pemilik juga mempertimbangkan bahwa kapal ini adalah kapal wisata. Tidak perlu laju," sambungnya.
Swath Robin ini akan segera dilepas ke Maladewa. Menurut Syachrani, ada kemungkinan jika Gubernur Kaltim yang akan melepasnya. Atau mungkin Presiden Joko Widodo.
Sementara itu, Slamet Staff Lapangan PT Allvina Prima menyampaikan untuk pelepasan SWATH Robin nanti dengan memasangkan balon dari sela-sela bawah kapal. Diletakkan di kiri dan kanan. Kemudian di pompa rata tinggi.
"Lalu kita tarik dengan menggunakan dua kapal. Dalam kondisi air tinggi," katanya.
Sistem pasang surut air pun sudah dihitung. Kedalaman air harus 40 meter. Dengan ketinggian air 2,5 meter dari bibir pantai.
Terpisah, Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi (Disperindagkop) Kaltim Muhammad Yadi Robyan Noor mengakui pengerjaan kapal Swath Robin memang sempat tertunda karena pandemi.
"Pembuatan kapal, maupun perbaikan kapal, masih dapat dilangsungkan mengingat penyelesaian kontrak, order, maupun pesanan yang telah dibuat," lugas Kadisperindagkop Kaltim yang kerap disapa Roby ini.
Roby berharap penyelesaian Swath Robin tidak memakan waktu yang lama lagi. Dirinya juga mengaku bangga kepada putra daerah yang bisa mengerjakan kapal pesanan Maladewa satu-satunya di Asia Tenggara tersebut.
"Kualitas kita sama dengan buatan pabrik asli yang ada di Batam, capaian ini bisa diperhitungkan bahwa Kaltim siap bersaing dengan Batam," tandasnya.
Roby melanjutkan, untuk industri perkapalan di Kaltim, kiranya perlu kerjasama semua pihak dengan beberapa instansi. Khususnya ketersediaan akses jalan masuk ke kawasan industri perkapalan di kabupaten atau kota yang masih sangat minim.
"Sumber daya manusia yang perlu ditingkatkan, ketersediaan bahan baku, dan lainnya. Peluang untuk membangun dan menyediakan kawasan/sentra industri perkapalan di Provinsi Kaltim masih terbuka luas," pungkas Roby.
Sebagai informasi, pesanan perakitan kapal dari Maladewa ini merupakan pengalaman yang kedua. Pengalaman yakni perakitan kapal cargo. Yang cargo dipesan Maret 2019 lalu.
Sebagai informasi, ada 2 unit kapal cargo yang dipesan.
1. Nama Kapal : Kurangi (Kuranji)
Ukuran : 10 M x 30 M
Tahun pembuatan : Juli 2018-Maret 2019
Pembuatan di Samarinda.
2. Nama Kapal : Fatholhu
Ukuran : 9 M x 30 M
Tahun pembuatan : Juli 2018 - Maret 2019
Pembuatan di Samarinda. ( Redaksi Politikal - 001)