Menurutnya, dampak yang akan dirasakan di Indonesia adalah subsidi bahan bakar minyak atau BBM.Dalam hitungannya, subsidi BBM di Tanah Air bisa tambah membengkak karena ada risiko harga BBM bakal kembali naik.
“Harga BBM berisko naik lagi kalau harga minyak mentah naik ke atas US$ 90 per barel. Itu risiko-risiko yang mungkin dihadapi,” tutur Bhima.
Selain itu, ia memperkirakan investor dari Eropa akan berpikir ulang untuk masuk dan menanamkan modalnya ke Indonesia. Karena jika terjadi resesi karena krisis energi berarti biaya untuk utulitas di Eropa dan biaya bahan baku proses produksi jadi lebih mahal. “Imbasnya nanti permintaan barang dari Indonesia juga bisa menurun.”
Yang juga tak kalah penting dan harus diantisipasi, kata Bhima, sektor pangan.
“Biaya angkutan logistik, transportasi (melonjak), dan satu yang paling berisiko adalah gandum. Yang bakal kena itu juga pupuk. Nah itu bisa jadi ancaman serius itu bagi kita,” kata Bhima.
Bhima pun menjelaskan prospek pemulihan ekonominya bisa jadi semakin gelap di tahun depan. Bhima bahkan memperkirakan kemungkinan akan terjadi pelambatan pertumbuhan ekonomi, atau resesinya lebih cepat terjadi dari perkiraan awal secara global. (Redaksi)