Karena itu, menurut Gus Yahya, konstruksi tersebut harus diubah sehingga ke depan benar-benar NU secara fungsional bisa memberikan kemaslahatan. Untuk itu, posisi NU harus lebih inklusif, tidak lalu berhadap-hadapan atau bertabrakan dengan kelompok manapun.
Mantan anggota Dewan Pertimbangan Presiden ini juga berharap PBNU bisa berfungsi seperti kabinet, PWNU seperti pemerintah provinsi, dan PCNU seperti pemerintahan kabupaten/kota yang memiliki agenda serta target capaian secara nasional melalui aktivisme dari bawah.
“Ini yang harus dilakukan ke depan. Dengan cara itu, NU akan kembali fungsional nyata sebagai organisasi, bukan hanya simbol-simbol untuk menggalang kekuatan supaya NU tidak menjadi batu loncatan politik,” tuturnya.
Ketua Harian Tanfidziyah PBNU Robikin Emhas mengatakan, apa yang disampaikan Gus Yahya itu harus dipahami sebagai bagian kritik akibat beberapa fenomena tentang orang-orang yang mengaku NU, tetapi tidak menjalankan akidah NU.
“Orang-orang yang mau masuk NU bagi yang belum NU, tapi bukan dengan tujuan ber-NU, tapi menjadikan NU sebagai bagian sarana untuk mencapai tujuan dan agenda pribadinya,” katanya. (*)
Artikel ini telah tayang di sindonews.com dengan judul "Ormas Terbesar, Gus Yahya Khawatir NU Dimanfaatkan untuk Ambisi Politik"