POLITIKAL.ID - Kode keras dinilai diberikan Presiden Joko Widodo untuk Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Hal itu dinilai oleh Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama Ari Junaedi.
Ia menilai, pernyataan Presiden Joko Widodo soal sosok calon presiden (capres) merupakan kode keras dari orang nomor satu di RI itu untuk Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Dibanding nama Prabowo Subianto dan Anies Baswedan yang juga digadang-gadang sebagai kandidat capres terkuat, Ari menilai, sosok Ganjar paling mungkin mendapat dukungan dari Jokowi.
"Jika kita membedah DNA linearitas pernyataan Jokowi dengan tiga capres itu, saya menerjemahkan keinginan Jokowi tentang sosok pelanjutnya ada pada Ganjar Pranowo," kata Ari dikutip dari Kompas.com, Senin (7/11/2022).
Menurut Ari, chemistry atau kedekatan yang terbentuk antara Jokowi dengan Ganjar bersifat natural. Keduanya berada di bawah payung yang sama, PDI Perjuangan.
Sementara, dengan Prabowo, kedekatan Jokowi baru terbangun setelah Pemilu Presiden (Pilpres) 2019.
Prabowo awalnya berseberangan dan menganggap remeh kemampuan mantan Wali Kota Solo itu. Namun, Ketua Umum Partai Gerindra tersebut berbalik arah begitu memuja Jokowi usai didapuk menjadi Menteri Pertahanan Kabinet Indonesia Maju.
Berbeda dengan Anies, lanjut Ari, Jokowi tampak mengambil jarak. Ini terbukti salah satunya ketika Jokowi mencopot Anies dari kursi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Kabinet Indonesia Maju pada 2016 lalu.
"Jokowi bertipe kerja, dia tidak suka berbasa-basi apalagi memilin kata. Dengan Ganjar dia seide dan seirama," ucap Ari.
Lebih lanjut, Ari menduga, pernyataan Jokowi agar sosok capres diumumkan tidak terlalu lama sebetulnya ingin mengingatkan PDI-P dan Koalisi Indonesia Bersatu (koalisi Partai Golkar, Partai Amanat Nasional atau PAN dan Partai Persatuan Pembangunan atau PPP) agar segera mendeklarasikan Ganjar sebagai capres.
Jokowi dinilai khawatir, Anies dan Prabowo yang sudah mengumumkan kesiapannya maju capres tidak diimbangi gerak cepat dari partai-partai yang hendak mendukung Ganjar.
"Jokowi tidak ingin momentum 'eranya Ganjar' tidak ditangkap dengan jeli oleh PDI-P dan KIB," kata dosen Universitas Indonesia itu.
Sebelumnya, Presiden Jokowi mengungkap sejumlah kriteria capres yang menurutnya mumpuni untuk menghadapi kondisi sosial ekonomi Indonesia.
Jokowi mengatakan, tokoh yang akan menggantikannya itu harus memiliki jam terbang tinggi dan saling melengkapi.
"Ke depan itu memerlukan pemimpin yang mau tidak hanya ngerti makro, bukan hanya ngerti mikronya juga harus ngerti, tetapi memang harus mampu bekerja lebih detail, menguasai data dan lapangan, kemudian memutuskan," kata Jokowi dalam wawancara khusus dikutip Kompas.id, Minggu (6/11/2022).
Jokowi sadar bahwa kewenangan memutuskan sosok capres ada di tangan partai politik. Namun, dia berharap parpol tidak terlalu lama mengambil langkah.
"Yang paling penting kalau saya ya...Memang harus hati-hati dalam memutuskan calon, tapi juga jangan terlalu lama, sehingga rakyat nanti bisa menilai," kata Jokowi.
(redaksi)