"Ada masalah apa pun, pejabat yang tidak berprestasi pasti buzzer-nya banyak banget. Mana bisa masalah bangsa diselesaikan dengan buzzer. Malah makin bingung," tutur pria lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) itu.
Menurut Rizal, seharusnya pemerintah mengumpulkan dan meminta masukan kepada dokter dan ahli epidemiologi sehingga rakyat percaya penanggulangan pandemi Covid-19 ini.
"Buzzer inilah yang merusak dan sampah demokrasi," ucapnya.
Pria kelahiran 1954 itu mempertanyakan jumlah orang yang terkonfirmasi Covid-19.
Berdasarkan data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, jumlahnya mencapai 46.845 orang per 22 Juni 2020.
Dia membandingkan dengan jumlah kasus di wilayah tropis dan bersuhu panas seperti Indonesia, Brasil yang sangat banyak.
Bahkan sudah melebihi satu juta orang.
Brasil sekarang menempati peringkat kedua setelah Amerika Serikat.