Selain itu, ia juga memaparkan kurangnya sosialisasi oleh Disdukcapil Samarinda kepada masyarakat terkait implementasi Smart City, terutama di media sosial.
"Kritik saya secara khusus adalah belum maksimalnya pemerintah dan aparatur dalam sosialisasi semua aturan dan peraturan," ucapnya.
"Karena media sosial menjadi primadona akses masyarakat, media sosial yang dimaksud adalah Whatsapp 50 persen, Instagram 37 persen, dan Facebook 20 persen," lanjutnya.
Ia mengatakan dalam implementasi Smart City, tentu ada tantangan dan peluang yang harus dihadapi.
Untuk itu, Ia berpendapat bahwa smart city bukan hanya mengenai teknologi tetapi upaya-upaya inovatif dalam merubah ekosistem kota.
"Manfaatkan semua layanan, terus moderasi sistem layanan oleh pemerintah dan masifkan informasi oleh aparatur," pungkasnya.
(Advertorial)