Jumat, 22 November 2024

Ramai Usul Pemberhentian Presiden, Ketua MUI Din Syamsuddin Ungkap Syarat Pemakzulan Pemimpin

Senin, 1 Juni 2020 0:28

Ketua Dewan Pertimbangan MUI Din Syamsuddin mengatakan pemerintah belakangan ini telah membangun kediktatoran konstitusional. (ANTARA FOTO/Abriawan Abhe)

Sementara itu, pemberhentian presiden ataupun wakil presiden diatur dalam Pasal 7A, Pasal 7B, dan Pasal 24C ayat (2) UUD 1945 hasil amandemen.

Dalam Pasal 7A disebutkan presiden atau wakil presiden dapat diberhentikan jika terbukti melanggar hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela, serta terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai presiden dan wakil presiden.

Pemberhentian presiden dan wakil presiden dalam masa jabatan dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) atas usul Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Usul pemberhentian presiden dan wakil presiden ini dapat diajukan DPR dengan terlebih dahulu mengajukan permintaan kepada Mahkamah Konstitusi (MK) untuk memeriksa, mengadili, dan memutus pendapat bahwa dua pemimpin itu melanggar hukum atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai presiden dan wakil presiden.

Pendapat DPR ini merupakan pelaksanaan fungsi pengawasan wakil rakyat. Permintaan ke MK hanya dapat dilakukan dengan dukungan sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota DPR yang hadir dalam sidang paripurna. (*)

Artikel ini telah tayang di cnnindonesia.com dengan judul "Din Syamsuddin Ungkap 3 Syarat Pemakzulan Pemimpin"

Halaman 
Tag berita:
Berita terkait