Lebih lanjut, Aziz menjelaskan frasa 'guncang istana' sebagai bentuk ketidakadilan atau tebang pilih penegakan hukum.
Ia pun mengungkit kerumunan massa putra Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka saat mendaftarkan diri sebagai calon wali kota Solo.
Juga pelanggaran yang dilakukan oleh menantu Jokowi, Bobby Nasution, yang dinilai melanggar protokol kesehatan dan aturan Pilkada Serentak 2020 pada hari pertama masa kampanye, Sabtu (26/9).
Aziz mempertanyakan kenapa saat itu pemerintah tidak melakukan penindakan serius seperti pemanggilan para pihak dalam kasus kerumunan Rizieq.
"Di Solo tidak ada wali kota dipanggil, padahal kerumunan melanggar protokol kesehatan.
Di Surabaya juga tidak ada Gubernur Jatim yang dipanggil, padahal waktu konvoi September lalu Eri Cahyadi melakukan kerumunan dan melanggar protokol kesehatan," jelas Aziz.
Kendati demikian, Aziz enggan mengomentari tagar #Anies4PresidenRI2024.
Ia hanya menegaskan unggahan itu hanya untuk menunjukkan dukungan kepada Anies yang dinilai mendapat ketidakadilan.
Anies, berdasarkan hasil survei Populi Center pada 21-30 Oktober lalu di 100 kabupaten/kota, menempati urutan ketiga dalam bursa calon presiden 2024.
Elektabilitas Anies berdasarkan survei tersebut sebesar 9,5 persen.
Mantan Mendikbud itu kalah dari Prabowo Subianto yang berada di urutan teratas dengan elektabilitas 18, 3 persen. Kemudian urutan kedua Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dengan elektabilitas 9,9 persen.
Sebelumnya, Rizieq Shihab menggelar kegiatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan pernikahan putrinya, Najwa Shihab, di kediamannya kawasan Petamburan, Jakarta Pusat pada Sabtu (14/11) malam.
Kerumunan massa ini dikecam karena mengabaikan protokol kesehatan dan tanpa menjaga jarak.