Cepat itu bisa dilihat daripada tren. Kalau kita lihat yang cepat itu Taiwan dan Korea. Dalam dua bulan mereka kontrol itu, segala aspek harus diperhitungkan. Kita harus pilih opsi-opsi yang ada walau berisiko.
Pendekatan lembut dengan melarang ke mana-mana tentu rakyat akan lebih senang. Jadi pilihannya apa, semua para ahli hanya dua yang pokok, jaga jarak, pakai masker, cuci tangan, dan tidak bertemu banyak orang.
Itu akan menghentikan penyebaran. Nah, ditambah lagi karena ini tidak tahu di mana virus ini. Harus besar-besaran semprot ini. Kalau dulu flu burung, sumbernya dari ayam, ayam yang unsur ada merahnya kita musnahkan.
Pemerintah bayar dan ini tidak, saat itu saya yang pimpin. Kalau ini obatnya tidak tahu, vaksinnya juga tidak tahu.
Bagaimana dengan larangan mudik?
Ini dilema, cuma kesadaran dan ketegasan, tidak bisa hanya dari mengimbau. Kita bersyukur ada larangan mudik, walau sudah diminta lama. Kenapa tidak pakai penjelasan lagi, kalau yang datang dari Jakarta harus isolasi 14 hari. Kan mudik 7-10 hari, tapi kalau mudik terus isolasi apa gunanya mudik?
Banyak pekerja mandiri yang tidak jadi prioritas perhatian pemerintah?
Ini tugas pemerintah untuk membantu yang sulit. Ini saya bilang harus menyelesaikan akibatnya dulu, dengan intinya disiplin masyarakat dan ketegasan pemerintah, dua hal itu. Kalau tidak tegas, masyarakat juga tidak disiplin.
Akibatnya ekonomi tidak berjalan karena orang tinggal di rumah, maka pemerintah baik pusat dan daerah setidak-tidaknya harus bantuan pangan yang mendesak kepada masyarakat tidak mampu.
Pemerintah siapkan itu, seperti BLT (bantuan langsung tunai) dan harus dijalankan. Ketika terlambat maka ratusan orang meninggal.