Ada Transaksi Politik?
Pengamat politik Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang Mikhael Raja Muda Bataona menduga mundurnya Ratu Wulla sebagai caleg DPR RI untuk mendapatkan sesuatu yang lebih besar.
Pasalnya, tidak mungkin seorang politikus rela kehilangan jabatan jika tidak ada sesuatu yang menguntungkan.
"Jadi, apabila dibuat semacam hipotesis akademik tentang pengunduran diri Ratu Wulla ini, maka jawaban paling masuk akal adalah pasti ia rela kehilangan untuk mendapat sesuatu yang lebih besar dari itu," ungkap Mikhael, Selasa (12/3/2024).
Menurut Mikhael, situasi ini merupakan suatu bargaining (tawar-menawar) politik yang menguntungkan bagi Ratu Wulla ataupun keluarga.
Jika bukan karena keuntungan itu, Ratu Wulla tentunya tidak akan mundur setelah lolos menjadi anggota DPR RI dari NTT dengan suara terbanyak di dapil 2.
"Jika tidak, tentu saja ia tidak akan mundur. Karena hal ini berkaitan dengan martabat, harga diri, dan habitus politisi, yaitu merebut kekuasaan lalu melipatgandakan kekuasaan itu. Bukan kehilangan," ungkap Mikhael.
Berdasarkan kejanggalan ini, Mikhael menilai ada pratik politik transaksional yang membuat Ratu Wulla mendadak tak bersedia melenggang ke Senayan.
"Jadi, dalam bacaan saya, ini murni sebuah praktik politik take and give biasa yang merepresentasikan rumus sederhana dalam politik praktis, yaitu tidak ada makan siang yang gratis," ucapnya.
(REDAKSI)