Minggu, 24 November 2024

Klaim Silent Majority Pertebal Keunggulan Prabowo-Gibran, Qodari Dikeroyok Rocky Gerung dan Eep Saefulloh

Jumat, 16 Februari 2024 13:23

Qodari debat panas dengan Rocky Gerung, dan Eep Saefulloh Fatah

"Saya mencurigai dari awal Silent Majority ini dimanipulasi menjadi mayoritas yang diam karena akan dihanyutkan oleh BLT, dihanyutkan oleh margin of terror. Akhirnya bawah sadarnya Qodari itu bisa kita pahami," tambah Rocky Gerung.

Perbedaan pendapat juga datang dari pendiri sekaligus pemimpin di PolMark Research Centre, Eep Saefulloh Fatah.

Ia memberikan analogi Silent Majority soal Pemilu di Amerika Serikat untuk menggambarkan yang terjadi di Indonesia.

Menurutnya ketika Donald Trump mengalahkan Hillary Clinton pada Pemilu 2016, di situlah peran Silent Majority.

"Betapa Trump itu sangat menakutkan bagi orang Amerika dari narasinya, dari cara dia berdebat, dari ketidaksopanan bahasa tubuhnya, dari cara dia melecehkan perempuan dan seterusnya, orang takut untuk mengatakan saya mendukung Trump. Ternayata tiba-tiba Silent Majority itu yang membuat Hillary kalah dari Trump," ungkap Eep Saefulloh Fatah.

Kemudian Eep menganggap situasi yang dihadapi Joe Biden saat memenangkan Pemilu Amerika Serikat terakhir, bukanlah Silent Majority.

Pasalnya dukungan Joe Biden datang dari publik figur seperti Jennifer Lopez dan Lebron James yang tiba-tiba ikut berpolitik.

"Mereka tidak silent, yang dilawan adalah orang yang tidak menyenangkan untuk didukung dan sedang berkuasa," ucapnya.

Iapun menegaskan Pilpres 2024 kali ini bukan faktor Silent Majority yang mempengaruhi keunggulan telak Prabowo-Gibran.

"Keadaan 2024 itu bukan Silent Majority, ini seperti Donald Trump yang menang. Kalau di sana itu Biden yang menang, ini Donald Trumpnya yang menang, namanya Joko Widodo, jadi namanya bukan Silent Majority," ungkap Eep Saefulloh Fatah.

Pada penghujung debat, Rosiana Silalahi menyatakan Silent Majority menurut Qodari itu masih penuh perdebatan.

Namun pendapat Qodari bisa dimaklumi, lantaran capres yang didukungnya telah menang Pilpres 2024 versi quick count.

"Kita tidak memiliki kesepakatan soal Silent Majority. Sementara Anda sendiri menyebut ini adalah Silent Majority padahal sesungguhnya dalam banyak literatur justru melawan kekuasaan. Tapi gak apa-apa kalau buat yang menang, beda pun gak apa-apa, bebas menganalisa teori baru," ujar Rosi.

(REDAKSI)

Halaman 
Tag berita:
Berita terkait