Ia menekankan bahwa pelaksanaan Rembug Stunting ini merupakan bukti komitmen dan kolaborasi berbagai pihak untuk menurunkan angka stunting di Samarinda ada berbagai program, aksi, dan intervensi yang telah dilakukan oleh TPPS Kota Samarinda.
"Sejumlah program, aksi, dan intervensi spesifik dan sensitif pun dilakukan, baik dalam bidang pangan, gizi, maupun sanitasi. Walaupun belum sepenuhnya maksimal, berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, tingkat stunting di Kota Samarinda menurun dari 25,3 persen pada tahun 2022 menjadi 24,4 persen di tahun 2023," sebutnya.
Meskipun menunjukkan penurunan, Rusmadi juga menyoroti beberapa persoalan yang masih dihadapi dalam upaya penurunan stunting. Salah satu isu utama yang dihadapi adalah perilaku hidup bersih dan tingkat kunjungan ke Posyandu yang masih rendah.
"Meskipun terdapat peningkatan tingkat kunjungan ibu hamil dan balita dari tahun ke tahun, angka ini masih perlu ditingkatkan lebih lanjut untuk memastikan intervensi yang efektif," jelasnya.
Selain itu, Rusmadi menggarisbawahi pentingnya pendekatan terpadu dalam penanganan stunting.
"Upaya penurunan stunting tidak bisa dilakukan secara parsial Kami perlu pendekatan yang holistik, melibatkan semua sektor mulai dari kesehatan, pendidikan, hingga ekonomi. Kami terus mendorong sinergi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang anak secara optimal," tegasnya.